Jakarta -
Naluri seorang pengusaha selalu jeli melihat peluang, itulah yang
menjadi jalan sukses Decky Suryata, pria asli Klaten Jawa tengah. Ia
kini berhasil memasarkan brownies 'limbah' dari buah salak pondoh dengan
laba bersih lebih dari Rp 50.000.000/
tahun.
"Kenapa 'limbah'
karena salak pondoh di Sleman Yogyakarta sangat berlimpah, bahkan
sangking banyaknya, salak pondoh sampai dijadikan pupuk kompos karena
tidak laku di jual," kata Decy kepada detikFinance, Senin (5/3/2012).
Dikatakan
Decy, padahal di luar Yogyakarta, salak pondoh sangat diminati
masyarakat, bahkan harganya cukup mahal, tapi disini seperti 'sampah'.
"Atas
dasar itu, saya memikirkan bagaimana 'sampah' ini bisa jadi 'emas',
muncu lah ide dijadikan makanan seperti cake, sirup dan bakpia, apalagi
bakpia isi salak belum ada di daerahnya yang terkenal juga dengan
makanan khas bakpia-nya," tutur pemuda kelahiran 1983 ini.
Tapi
masalahnya, kata Decky, dirinya tidak punya keahlian membuat cake, sirup
apalagi bakpia. "Tak patah arang, saya bersama istri saya cari-cari
resep, mulai cari di-internet, resep warisan keluarga. Dengan berbagai
macam percobaan akhirnya ketemu resep andalan dan rahasia brownies dan
bakpia dari buah salak pondoh," ujarnya.
Tahun 2008, Decky dan
istrinya pun mulai coba-coba memasarkan brownies dan bakpianya tersebut
mulai dari tetangga sampai teman kuliahnya. Saat itu Decky masih kuliah
di Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada (UGM).
"Waktu itu
modal yang ada hanya sekitar Rp 4 juta, itu-pun sebagian hasil pinjaman.
Dari modal itu, saya dan istri dibuat beli mixer, baskom, oven kecil
dan bahan baku pendukung. Dengan berbagai resep dari internet, resep
orang tua, buku dan lain-lain di mix," tutur Decky.
Ia mengaku
sempat putus asa, karena beberapa kali percobaan gagal terus, sementara
bahan baku makin menipis. "Tapi kami tidak mau menyerah, akhirnya dapat
adonan dan hasil brownies yang pas, sari salak terasa dilidah dan
menarik. Dari resep itu, kami keliling ke tetangga, keluarga dan
kerabat. Alhamdulillah responnya bagus dan laku, dengan hasil penjualan
tersebut kami putar lagi beli buat beli bahan dan dijual lagi,"
terangnya.
Bahkan kebun salak pondoh milik sendiri saat ini tak
bisa memenuhi kebutuhan olahan brownies. Padahal dahulu hasil buahnya
hanya dijadikan pupuk kompos pada 2008-2009. Produk salak olahannya kini
makin beragam seperti bakpia salak, dodol salak, sirup salak dan
lainnya.
"Susah kalau saya harus tambah luas kebun salak saya,
beli? Bisa juga, tapi saya lebih berpikir lebih baik membina petani
salak yang banyak di daerah tempat tinggal saya di Danikerto, Jawa
Tengah," kata Decky.
Hingga akhir 2009 dirinya sudah memiliki 5
petani binaan. Namun sukses yang didapat Decky saat itu harus berakhir
saat bencana Gunung Merapi pada Oktober 2010 menerjang desanya.
"Kebun
kami dan kebun petani binaan serta harta lainnya porak poranda
diterjang wedus gembel (awan panas) dari gunung Merapi," ujar Decky.
Habis
semua hasil jerih payahnya, namun Decky bukan lah pengusaha yang mudah
putus asa. Dengan harta yang tersisa dia dan istrinya mulai menata
kembali hidup dan usahanya.
"Tinggal melanjutkan saja yang
kemarin, resep andalan sudah ada, pelanggan setia tetap setia, dan kebun
kita perbaiki kembali, dan sampai hari ini, semua berjalan seperti
semula, usaha brownies salak pondoh terus maju," katanya.
Tahun 2011 laba bersih usaha Decky tersebut sudah mencapai sekitar Rp 50 juta.
Saat
ini dirinya sudah mempunyai 'showroom' brownies setara 3 (tiga) ruko
berlantai 2 yang dengan luas lapangan parkir yang dapat menampung 5-7
bus besar.
Brownies salak pondoh dan bakpia andalan Decky
tersebut diberi nama Salaka dengan nama toko Terminal Sukses. Brownies
Salaka sendiri dijual Rp 30.000 per kotak dan Bakpia salaka dibandrol Rp
25.000.
Decky pun membuka peluang bagi yang ingin menjalin kerjasama dengannya. Anda berminat?
Decky Suryata
Danikerto, RT 01 RW 07, Kelurahan Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Jogjakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar